Membaca Masa Lalu

Malam ini rasa penasaranku dengan novel karya Alien Wahyu Tarantika terbayar sudah, awalnya aku hanya ingin merapikan kamarku yang lebih mirip kapal pecah ini, tetapi bukankah setiap proses punya distraksinya sendiri?

Sukses. Aku sadar, bahkan dia pun juga sadar, bahwa masih banyak kesalahan di sana sini, entah itu pengejaan atau salah nama, seperti Newa yang menjadi Iga. Hahaha. But no, I won't look at the black side. Aku merasa benar-benar terhibur, aku suka bagaimana tulisannya benar-benar bisa membuatku seakan kembali lagi ke saat-saat di mana menjadi kusam, berantakan, berlumuran lumpur, bersitegang di rapat, baris berbaris, kemah, adalah hal yang bisa melarikan diriku dari rutinitas membosankan menjadi siswi SMA. Pramuka. Ya, semuanya terjadi tepat sebelum aku membenci ketimpangan yang banyak terjadi di pelaksaan Pramuka itu sendiri, khususnya di masyarakat (aku tidak akan membahas itu di sini). 

Tebakan awalku, novel ini akan sarat akan keseriusan, mengingat bahwa ya, penulisnya bukan tipikal yang suka bercanda di tulisannya, dan ternyata aku salah. Aku menyerah pada betis singkongnya, yang membuatku terpingkal-pingkal dan lupa membalas pesan singkat si Cinta. Entah sihir apa itu tadi, selain itu masih ada beberapa bagian yang menurutku lucu.

Sepertinya ada yang sudah naik level. That's it, aku suka bagaimana dia berkembang. Aku sudah membaca semua tulisannya di blog pribadinya. Semuanya khas, mungkin karena aku kenal dekat dengannya, setiap aku membaca tulisannya aku bisa dengan mudah mendengar suaranya di otakku. Seolah-olah dia yang secara langsung menceritakannya padaku.

Di waktu-waktu yang jenuh dan jengah ini bacaan ringan memang sangat menghibur. Aku senang sekali, sejenak aku bisa melupakan beban-beban yang menduduki pundakku. Baiknya lagi, dia telah berhasil membantuku menemukan diriku lagi, diriku yang dulu, yang katanya pandai menahan emosi. Aku juga jadi sempat ingat dengan kata-kata kak Eko yang menyarankan anak-anak untuk stay cool sepertiku saat ada masalah sekalipun. Hahaha. Sungguh perjalanan pikiran yang menyenangkan. Terima kasih Wahyu Tarantika, The Great Tikachuu. I'm up for your next book!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENZIM | TANYA DAN JAWAB

Culinary Review: The Solchic Solo, Chicken Package Easy Wings

Contoh Resensi Antologi Cerpen (Buku Fiksi)