Wanita dan Ketrampilan

Lonely flower.
Beberapa hari yang lalu, saya berhenti sebentar di depan gerbang utama UNS, ada dua pengemis yang mendekati saya. Dengan berat hati saya menolak untuk memberikan sedikit uang karena saya memang sedang tidak membawa uang.

Pengemis yang pertama adalah nenek tua yang menggendong anak balita, entah itu cucunya atau bukan. Miris melihat hal tersebut, di saat tubuhnya sudah renta dan tidak produktif lagi, nenek ini malah tidak ada yang menafkahi, malah dibebani untuk merawat cucunya tadi.

Yang kedua ibu-ibu, masih usia produktif, ditambah lagi badannya terlihat gemuk dan tidak cacat. Sejujurnya, jika pun saya membawa uang, saya akan malas memberikan sedikit uang untuk pengemis yang seperti ini. Di usianya yang masih produktif, di mana dia bisa mencari pekerjaan yang lebih halal, dia malah mengemis. Menurut saya, ada dua kemungkinan mengapa dia memilih mengemis, yang satu adalah tidak mau mecari pekerjaan lain, dan yang kedua adalah tidak memiliki ketrampilan. Padahal, jika mau mencari kerja yang lebih halal walaupun sedikit melelahkan, ibu itu masih bisa kok. Contohnya sebagai buruh cuci, yang tidak memerlukan banyak modal maupun ketrampilan khusus.

Semenjak itu, saya jadi sering berpikir bahwa ketrampilan itu sangat dibutuhkan wanita. Jika hanya bermanis manja, punya badan proporsional, dan cantik, semua wanita kini pun bisa menjadi seperti itu - asalkan ada uangnya. Karena hidup adalah kejutan, maka kita tidak akan tahu apakah sampai besok kita benar-benar bisa mencukupi kebutuhan hanya dengan mengandalkan suami. Sedangkan mungkin, suatu hari nanti wanita akan dipaksa untuk menjadi tulang punggung keluarga atau menjadi tumpuan bagi dirinya sendiri karena 'suatu hal'.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ENZIM | TANYA DAN JAWAB

Culinary Review: The Solchic Solo, Chicken Package Easy Wings

Contoh Resensi Antologi Cerpen (Buku Fiksi)